Senin, 25 November 2013

PENGGALAN CERITAKU DI SEKOLAH DASAR

PENGGALAN CERITAKU DI SEKOLAH DASAR
OLEH: 
M. ABDULLAH AMIN HASIBUAN, MA
Sebagai seorang anak kampung yang jauh dari keramaian kota, hidupku penuh dengan ketidaktahuan, bahkan saya pernah berfikir, bagaimana orang mau mandi jikalau seandainya di sebuah kampung tidak ada sungai?...sebab dikapungku mayoritas masyarakatnya memanfaatkan sungai/kali untuk mandi, mencuci bahkan buang air besar. betapa sempitnya pemikiranku ketika itu !.

 Aku bersekolah di SD Swasta harapan Hutabaru yang terletak di pangkal kampung, semua anak kampung yang telah masuk usia sekolah menuntut ilmu, belajar berhitung dan membaca disana bahkan anak yang tinggal dikebun maupun diladang disekitar kampungku semuanya bersekolah disana sebab tidak ada sekolah selain SD Swasta harapan Hutabaru. Satu-satunya guru yang mengajar disana adalah Bapak Sahidin Pohan, beliau diwaktu pagi mengajar disekolah dan diwaktu sore Menyadap karet pemberian Kepala dusun kepadanya karna jasanya mengajar dikampung tersebut, Beliau digaji dengan Padi sebanyak 2 kaling per siswa yang setiap panen diberikan padanya, dimana saat itu semua penduduk hutabaru berladang dengan menanam padi setahun sekali sekaligus untuk membuka hutan menanam pohon karet.

Sewaktu SD aku berulang dari ladang untuk bersekolah ke kampung melewati hutan dan ladang penduduk sekampungku yang berjarak 1km lebih dengan berjalan kaki, terkadang bila ingin tidak keladang aku menginap di rumah oppungku atau ayah dan ibuku datang menyusul aku dan kami menginap dikampung dirumah buatan ayahku bergotong royong dengan tetangga dan saudara dengan beratapkan seng berdindingkan papan, berlantaikan papan dengan memakai Kolong dibawahnya.

Umurku 5 tahun lebih, aku telah dimasukkan oleh orangtuaku di SD swasta harapan hutabaru, kebiasaanku sama seperti anak2 pada umumnya, bermain, berlari, mandi kesungai bahkan sering bermain ke hutan bersama teman temanku mencari kayu atau bambu sekedar untuk dijadikan sebagai alat permainan atau membuat mainan. Selepas sholat maghrib ayahku mengajariku mengaji alif-alif, dan alhamdulillah sampai aku kelas 4 SD aku sudah bisa membaca al-quran dengan lancara walaupun belum benar hukum Tajwidnya.

Semasa aku mengaji aku diajari oleh ayahku, dengan menggunakan lampu teplok atau lampu kaling, sebab dikampung waktu itu belum dialiri listrik, ayah selalu memaksaku untuk mengaji, Bila kajiku belum bertambah ayah tidak membenarkan aku untuk makan malam sampai aku bertambah kajiku, sehingga saat itu aku sering menangis menganggap ayahku tidak benar, padahal itu adalah cara ayahku agar aku rajin dan segera pandai mengaji.

Kebiasaan anak-anak dikampungku saat aku masih kecil bermain inkle, pecah piring, main Tin, main galah, main gasing, main patok lele, main kijang2an pada malam hari dan lain-lain yang saat ini sudah hilang dan tidak ada saya perhatikan di mainkan oleh anak2 di kampungku.

Dikelas satu SD saya tidak pernah dapat rangking 1 paling-paling rangking 3 paling tinggi selebihnya rangking sepuluh besar, tapi yang mungkin membuat guru senang kepadaku karena aku pintar nyanyi berupa nyanyian yang diajarkan oleh orangtuaku pada ku, aku masih ingat penggalan lagu yang diajarkan oleh ayah padaku...begini syairnya...Kopi Damar Rotan, Kapur serta kemenyan dst, lagu yang menandakan kecintaan pada kekayaan alam Indonesia.

Dikelas 2 SD Prestasiku juga sama dengan di kelas 1, cuman waktu itu aku sudah pernah berkata pada guruku diakibatkan oleh orangtua wali murid yang banyak yang tidak membayar uang sekolah lalu aku katakan: beli sebungkus rokok gudang garam sanggup tetapi bayar uang sekolah tidak mau. Jiwa idealismeku sudah muncul saat ketika itu.

Dikelas 3 SD Prestasiku tetap sama seperti kelas 1 dan 2, namun dikala itu sudah ada perubahan yang muncul pada diriku dimana aku sudah sudah tidak berani berbicara dengan wanita, disebabkan sesuatu yang muncul pada diri seorang Pria, dan mulai saat itu aku kurang bergaul dan cenderung pendiam walaupun aku sering di garai sama teman2ku yang perempuan.

Dikelas 4 SD Prestasiku tetap bertahan masuk rangking 10 besar, namun saat itu guruku telah telah ganti dari yang sebelumnya Pak sahidin Pohan menjadi Barani Ritonga, Pak Barani adalah guru yang masih lajang yang cenderung mengajari kami lebih terbuka, tidak seperti pak sahidin Pohan yang mengajari aku dengan lemah lembut terlihat diwajahnya sosok pendidik yang mulia, tulus dan Ikhlas memberikan pengajaran kepadaku sehingga aku tahu sopan santun dan Budi pekerti yang Luhur.

Dikelas 5 SD aku termasuk orang yang dianggap pintar dikelas ku, karena rangkingku naik menjadi 3 besar, sehingga aku pernah mewakili sekolahku mengikuti cerdas cermat ditingkat SD di desaku desa batu Tunggal dan saat itu lawan-lawanku adalah kelas 6 SD sementara aku hanya Kelas 5 SD kemudian 2 temanku Hartono dan Muhammad Dahlil merupakan kelas 6 yang merupakan senioranku di SD Swasta harapan Hutabaru, namun disebabkan disekolahku tidak ada kelas 6 mereka sekolah di SDN No 117863 Rimbaya . saat ketika cerdas cermat itu alhamdulillah kami mendapat Juara 3, sedangkan Juara 1 Dusun I Suka Rakyat, Juara II Dusun Batutunggal dan kami Dusun Hutabaru Juara 3,..itulah pengalaman pertamaku mengikuti Lomba.

Kelas 6 SD aku harus pindah ke sekolah SDN No 117863 Rimbaya disebabkan disekolah SD Swasta harapan Hutabaru kebanggaanku tidak memiliki kelas 6, saat itu aku masih ingat teman-teman saya sekelasku yaitu M. Rijal, Ulong Aman, Rusli, Yayuk, Sugeng, Sophia, Murni, Nurliana (Embot) dan Sapina. kami setiap pagi berangkat sekolah, jam 6 pagi kami sudah berangkat, bersama dengan berjalan kaki sambil bersenda gurau lebih kurang 2km kami jalani tanpa terasa, di SDN ini kami merasa belajar terasa asing akibat teman sekelas yang berada dikampung rimbaya ini sering melecehkan kami bahkan pernah terjadi perkelahian antara temanku Ulong aman dengan anak kampung rimbaya yang sekelas kami juga. Namun alhamdulillah aku tidak pernah berkelahi dengan mereka sebab aku selalu sabar jika seandainya akupun di ejek atau dimaki oleh mereka, bahkan aku ingat teman akrabku anak kampung rimbaya yang bernama Syahrijal yang baik hati pandai bermain bola dan sederhana.

Di Sekolah ini aku punya kepala sekolah namanya BINSON PAKPAHAN, bapak ini adalah sosok guru yang menurut murid2 di SD tersebut Tipe guru yang kasar bila mengajar, suatu ketika ia pernah bertanya kepada kami tentang dimanakah Stasiun Pemancar satelit palapa ?... semua teman sekelasku kena tampar beliau kecuali aku yang mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan gemetaran menjawab "Cibinong". Namun walaupun demikian menurutku bapak tersebut adalah Tipe guru yang suka juga humor, sebab ketika mengajar kami belaiu sering tertawa dan tersenyum.

Sepulang sekolah biasanya kami sampai dirumah pada pukul 3 sore, sebab kami sering bermain dijalan, mandi disungai Kampung kilang, terkadang kami juga suka mencuru jambu, pepaya, Nenas dan buah2an lainnya yang ada di tepi jalan menuju kampung. Pernah Suatu ketika teman saya yang wanita yang bernama Nurliana mencuru Nenasnya mas Ibat yang berkebun di tanahlapang disebabkan kami mencuri nenas tersebut anjing kepunyaan nya mas Ibat mengajarkami dan kami lari tunggang langgang, sejak itulah kami ketika melewati rumah mas ibat tersebut selalu berhati2 bahkan angsanyapun mau mengejarkami...rasa takut juga muncul bagiku sebab anjing merupakan Binatang yang menakutkan bagikiu waktu itu.

by M. Abdullah Amin Hasibuan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar