LEMBAGA
ZAKAT DAN WAKAF
OLEH:
M ABDULLAH AMIN HASIBUAN
A.
PENDAHULUAN
Zakat merupakan ibadah
pokok dan termasuk salah satu kewajiban bagi ummat Islam yang memiliki harta
serta merupakan doktrin keagamaan
bagi ummat Islam yang mengikat bahkan sebagai sesuatu kewajiban yang mutlak
dari keislaman seseorang1.
Zakat merupakan bagian
dari harta yang harus disampaiakan kepada yang berhak menerimanya yang disebut mustahiq, sehingga zakat memiliki dimensi
sosial yang diharapkan mampu menolong atau membantu ummat Islam yang tidak
mampu sehingga mereka mampu menghidupi
kebutuhan mereka.
Dalam perkembangannya zakat diharapkan mampu untuk dikelola agar lebih produktif atau dimanfaatkan lebih luas
sehingga zakat bukan hanya sebatas bentuk/jumlah zakat itu sendiri tapi mampu
dikembangkan di seluruh sektor kehidupan untuk membangun kehidupan yang makmur
sebagai bekal untuk berbuat kebajikan terlebih dimanfaatkan untuk berjuang
dijalan Allah. Maka oleh sebab itu Allah mewajibkan bagi setiap muslim untuk
mengeluarkan sebagain dari hasil usahanya, Sebagaimana firman Allah dalam
al-Quran surah al-Baqarah ayat 267 sebagai berikut :
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji.2
C.
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ZAKAT
Menurut Bahasa(lughat), zakat berarti : tumbuh;
berkembang; kesuburan atau bertambah dapat pula berarti membersihkan atau
mensucikan sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Taubah 11 sebagai berikut :
Artinya Jika mereka
bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.5
Ada beberapa sebutan
lain untuk pengertian zakat menurut syara’,
sebagaimana yang dfisebutkan di dalam al-Qur’an sebagai berikut:
Artinya: Jika mereka bertaubat,
mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama. dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui. 6
Adapun kata shadaqah, pada periode Mekah, berlaku
untuk pengertian zakat (shadaqah fardhu)
dan pengertian shadaqah tathawwu’ (shadaqah sunnah). Kata al-Haq, al-Faridhah, al-Infaq dan
Tha’amulmasakin, di dalam al-Qur’an,
pada umumnya punya arti mutlak, yakni shadaqah
pada umumnya mencakup wajib dan sunnah. Firman Allah SWT.
Artinya: Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat dari
hamba-hambaNya dan menerima shadaqah, dan bahwasanya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang”. 7
Dengan demikian, zakat
dapat didefinisikan ‘ikhroojulmaali
ilallahu ta’ala, mengeluarkan harta benda kepada Allah Ta’ala. Jadi, proses
pe-ngoperannya itulah yang disebut zakat, bukan harta yang diberikannya. Harta
yang diberikannya, yakni harta yang dipungut, biasanya disebut dengan mal az-zakah’ sama dengan harta benda
zakat. Dasar zakat, yakni harta yang menjadi obyek zakat disebut dengan ‘mal az-zakah’. Subyek yang menerima
zakat disebut dengan ‘mustahiq az-zakah.
Orang yang mempunyai harta benda yang mengeluarkan zakatnya disebut ‘al-mushaddaq’ atau ‘al-muzakki’. Sedang orang yang memungut atau mengurusi zakat
disebut dengan ‘amil az-zakah’ atau al-mushaddiq.8
Ada beberapa macam makna zakat yang ditafsirkan oleh ahli tafsir sebagai
berikut:
1.
Yusuf Qardawi mengartikan dari segi bahasa, zakat berasal dari kata zaka
yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik kemudian dari segi istilah (terminologi) zakat diartikan sebagai sebutan
untuk pengambilan bagian tertentu dari harta kekayaan yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu pula serta merupakan
ibadah maaliyah ijtimaiyah yang
memiliki posisi penting dan strategis.9
2.
Azzuhaili mengatakan dalam dalam kitab Al-fiqh Islamy wa’adillatuhu ia
menyebutkan bahwa harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah nuqud (emas dan perak), barang tambang
dan temuan, harta perdagangan, tanaman dan buah-buahan, perdagangan,dan ternak. 10
3.
Sayyid Sabiq, mendefiniskan zakat sebagai nama atau sebutan
dari sesuatu hak Allah Ta'ala yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.
Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebajikan, mengenai kategori
harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah emas dan perak, tumbuhan dan
buah-buahan, perdagangan, hewan ternak, barang tambang dan harta temuan 11
4.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa zakat itu terbagi kedalam empat
kelompok yaitu Pertama kelompok
tanaman dan buah-buahan, Kedua,
kelompok hewan ternak terdiri dari unta,
sapid an kambing, Ketiga Kelompok
Emas dan perak dan Keempat, Kelompok harta perdagangan dan berbagai
jenisnya.12
5.
Didin Hafidudhin, Secara bahasa perkataan
zakat berasal dari kata zaka yang berarti tumbuh dengan subur.
Makna lain zaka sebagaimana digunakan dalam Al-Qur'an adalah suci dari dosa.13
Di Indonesia persepsi
tentang pengertian zakat lebih diarahkan pada Zakat fitrah padahal telah
dijelas disebutkan di atas bahwa zakat memiliki bahasa lain yaitu shadaqah, infaq, al-haq, al-Fara’id,
Tha’amul-masakin. Sehingga dalam penelitian ini dimensi zakat yang dimaksud termasuk shadaqah, infaq, al-haq, al-Fara’id, Tha’amul-masakin.14
D.
LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT
Lembaga zakat
merupakan badan yang mengelola sumber dana zakat yang diterima dari muzakki,
baik perorangan maupun badan usaha dimana Penerimaan zakat tersebut sesuai
dengan kaidah Islam yang berlaku atau amil
yang menerima zakat, baik zakat fitrah maupun zakat harta serta zaklat
dalam bentuk lainnya (di Indonesia
dipersepsikan infaq dan shadaqah).
Lembaga zakat yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat yang dikelola oleh
Harian Waspada yang berada di Jl. Brigjend Katamso No. 1 Medan,27 yang merupakan salah satu lembaga yang
berperan untuk menerima zakat atau mendistribusikan dana dari pihak yang
memiliki kelebihan dana (muzakki)
khususnya di sumatera utara dan umumnya dari pihak manasaja kepada pihak
yang kekurangan dana (mustahik).
Fungsi lembaga zakat adalah
untuk mendistribusikan dana zakat infaq dan sadaqah yang di terima atau
dikumpulkan dari muzakki oleh lembaga zakat kemudian disalurkan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik).
E.
PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN ZAKAT
Prinsip
distribusi dalam Ekonomi Islam, dimana setiap muslim yang kekayaannya melebihi tingkat
tertentu (nisbah) diwajibkan membayar
sebagian hartanya untuk orang miskin dan orang yang memerlukan. Pengeluaran tersebut pajak keagamaan yang
disebut zakat. Ketentuan
pendistribusian zakat tersebut tidak dapat diubah. Pihak-pihak penerima zakat tersebut dapat diuraikan
secara detil kepada :
1.
Fakir
merupakan orang yang tidak memiliki harta yaitu penghasilan yang tidak
mencukupi atau penghasilan jauh dari kecukupan.
2.
Miskin
merupakan orang yang tidak memiliki harta dengan kategori penghasilan hanya pas-pasan
yaitu dicari satu hari hanya cukup untuk satu hari. Miskin adalah golongan
kedua disebutkan dalam surat at Taubah, dengan tujuan bahwa sasaran zakat
adalah menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam.
3.
Pengurus
zakat yaitu orang-orang yang yang mengelola atau mengurusi zakat dan
mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Sasaran ketiga adalah para
amil zakat. Yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka yang melaksanakan
segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara
dan para penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang
mencatat keluar masuk zakat.
4.
Mu'allaf
yaitu orang yang baru masuk agama islam atau orang yang terdetak hatinya untuk
meyakini Islam sebagai agama yang benar dan memeluknya Yang dimaksudkan dengan
golongan muallaf, antara lain adalah mereka yang diharapkan kecenderungan
hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya
niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan
mereka dalam membantu dan menolong kaum Muslimin dari musuh. Macam-macam
golongan muallaf adalah: Pertama, yang
diharapkan keislamannya atau keislaman kelompok serta keluarganya. Kedua, Golongan orang yang dikuatirkan
kelakuan jahatnya. Ketiga, Golongan
orang yang baru masuk Islam Pemimpin dan tokoh masyarakat yang telah memeluk
Islam yang mempunyai sahabat-sahabat kafir.Keempat,
Pemimpin dan tokoh kaum Muslimin yang berpengaruh di kalangan kaumnya, akan
tetapi imannya masih lemah. Kelima, Kaum
Muslimin yang tinggal di benteng-benteng dan daerah perbatasan musuh dan yang keenam, Kaum Muslimin yang
membutuhkannya untuk mengurus zakat orang yang tidak mau mengeluarkan, kecuali
dengan paksaan.
5.
Untuk
(memerdekakan) budak yaitu zakat tersebut diperuntukkan untuk budak yang baik
untuk menebus dirinya terhadap majikan agar setara derajatnya dengan masyarakat
muslim pada umumnya atau Cara membebaskan bisa dilakukan dengan dua hal:
Pertama, menolong hamba mukatab, yaitu budak yang telah ada perjanjian dan
kesepakatan dengan tuannya, bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan
nilai dan ukuran tertentu, maka bebaslah ia. Kedua, seseorang dengan harta
zakatnya atau seseorang bersama temannya membeli seorang budak kemudian
membebaskan. Atau penguasa membeli seorang budak dari harta zakat yang
diambilnya, kemudian ia membebaskan.
6.
Orang-orang
yang berhutang dijalan Allah yaitu orang yang senantiasa memberikan hartanya
untuk dipergunakan kepada jalan Allah disebabkan hal tersebut orang tersebut
memiliki hutang bisa juga orang yang mempunyai piutang terhadap orang lain dan
boleh menyerahkan zakat kepadanya karena keadaannya yang fakir, bukan karena
mempunyai piutangnya. Ada dua golongan bagi orang yang mempunyai utang, yaitu
golongan yang mempunyai utang untuk kemaslahatan diri sendiri, seperti untuk
nafkah, membeli pakaian, mengobati orang sakit. Golongan lain adalah orang yang
mempunyai utang untuk kemaslahatan orang lain, seperti mendamaikan dua golongan
yang bermusuhan, orang yang bergerak di bidang sosial, seperti yayasan anak
yatim, rumah sakit untuk fakir, anak yatim piatu dan lain-lain.
7.
Untuk jalan
Allah yaitu dipergunakan bagi perjuangan ummat Islam dalam menegakkan agama
Allah atau bagi masyarakat yang berperang atau menuntut ilmu demi menegakkan
kebenaran agama Islam, Quran menggambarkan sasaran zakat yang ketujuh dengan
firmanNya: "Di jalan Allah". Sabil berarti jalan. Jadi sabilillah
artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan.
Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan
ikhlas, yang digunakan untuk bertakkarub kepada Allah, dengan melaksanakan
segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya.
8.
Untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan yaitu orang yang merantau dan kehabisan
bekal atau orang yang melintas dari suatu daerah ke daerah lain. Dikatakan
untuk orang yang berjalan di atasnya karena tetap di jalan itu. Menurut
pendapat beberapa ulama, ibnu sabil mempunyai hak dari zakat, walaupun ia kaya,
apabila ia terputus bekalnya. Ibnu Zaid berkata: "Ibnu sabil adalah
musafir, apakah ia kaya atau miskin, apabila terdapat musibah dalam bekalnya,
atau hartanya samasekali tidak ada, atau terkena sesuatu musibah atas hartanya,
atau ia samasekali tidak memiliki apa-apa, maka dalam keadaan demikian
tersebut, hanya bersifat pasti.
F.
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM WAKAF
Pengertian
Wakaf ialah salah satu ibadah menyerahkan harta yang kita miliki untuk kegunaan
umum masyarakat dengan niat sebagai ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Contoh Amalan Wakaf ialah apabila Baginda Rasulullah SAW membina Masjid Quba’
yang dibina di atas tanah yang diwakafkannya ketika penghijrahan Baginda dan
para sahabat ke Madinah. Begitu juga dengan pembinaan Masjid Nabawi di Madinah
yang juga dibina dengan sumber wakaf.
Dalil
pensyariatan wakaf di dalam menggalakkan umat Islam menyumbangkan hartanya
untuk manfaat umat Islam terdapat pada Firman Allah SWT pada ayat 96 Surah Ali
Imran: yaitu Bandingan (derma) orang-orang yang membelanjakan
hartanya pada jalan Allah, ialah sama seperti sebiji benih yang tumbuh
menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji.
Dan (ingatlah), Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang
dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (rahmat) kurniaNya, lagi Meliputi ilmu
pengetahuanNya.” (Surah Al
Baqarah : Ayat 261 )
Rasulullah SAW sendiri juga menggalakkan umatnya memperbanyakkan sedekah
seperti hadith yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
Maksudnya
:
"
Apabila mati anak Adam, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang soleh yang mendoakan
kepadanya."
(Hadis Riwayat Muslim) Wakaf juga dikenali sebagai Sedekah Jariah, para Ahli Fiqh dan ulama’ berpendapat amalan wakaf adalah satu-satunya ibadah yang berbentuk sedekah jariah yang menjanjikan ganjaran pahala yang berkekalan dan mengalir kepada pewakaf hingga ke hari akhirat selagi harta tersebut kekal dan dimanfaatkan. Malahan amalan wakaf ini juga bukan hanya sebagai satu ibadah sahaja, malahan merupakan satu sistem yang berpotensi untuk menyumbang kepada kesejahteraan masyarakat Islam melalui konsep pengumpulan harta bersama.
(Hadis Riwayat Muslim) Wakaf juga dikenali sebagai Sedekah Jariah, para Ahli Fiqh dan ulama’ berpendapat amalan wakaf adalah satu-satunya ibadah yang berbentuk sedekah jariah yang menjanjikan ganjaran pahala yang berkekalan dan mengalir kepada pewakaf hingga ke hari akhirat selagi harta tersebut kekal dan dimanfaatkan. Malahan amalan wakaf ini juga bukan hanya sebagai satu ibadah sahaja, malahan merupakan satu sistem yang berpotensi untuk menyumbang kepada kesejahteraan masyarakat Islam melalui konsep pengumpulan harta bersama.
Wakaf adalah salah satu konsep pemberian harta
yang terdapat di dalam Islam. Konsep ini juga adalah berlandaskan konsep
sedekah. Kita boleh merujuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Umar; iaitu
apabila Umar Ibn al-Khattab mahu mensedekahkan sebidang tanahnya, Rasulullah
s.a.w telah bersabda Kalau engkau setuju, tahanlah harta berkenaan dan
sedekahkan manfaat (hasil) kepada tujuan-tujuan kebajikan. Umar kemudiannya
mensedekahkan hasil tanah tersebut kepada fakir miskin, sanak saudaranya,
pembebasan hamba dan tujuan ke jalan Allah dengan syarat harta tersebut tidak
boleh dijual, diwarisi dan diberikan kepada orang lain.
Apabila seseorang telah
mewakafkan hartanya maka dia tidak mempunyai apa-apa hak atau hubungan ke atas
harta tersebut. Sebagai contoh jika harta yang diwakafkan adalah sebidang tanah
maka tuanpunya tanah tidak boleh menjual, mencagar atau memindah milik tanah
tersebut.
Harta tersebut dianggap sebagai
hak Allah. Penerima wakaf tersebut adalah perlu memanfaatkan harta tersebut
menurut syarat-syarat wakaf.
Terdapat dua kategori wakaf,
iaitu wakaf am dan wakaf khas.
- Wakaf am adalah wakaf yang dilakukan untuk tujuan kebajikan tanpa menentukan mana-mana penerima dengan cara khusus. Sebagai contohnya, seseorang itu mewakafkan tanahnya di atas tujuan kebajikan dan tidak menentukan kepada siapa hasil tanah itu patut diberi. Maka terpulang kepada penerima wakaf untuk menentukan siapa dan bagaimana kegunaan/hasil tanah tersebut diberi, di atas tujuan kebajikan.
- Wakaf am adalah wakaf yang dilakukan untuk tujuan kebajikan tanpa menentukan mana-mana penerima dengan cara khusus. Sebagai contohnya, seseorang itu mewakafkan tanahnya di atas tujuan kebajikan dan tidak menentukan kepada siapa hasil tanah itu patut diberi. Maka terpulang kepada penerima wakaf untuk menentukan siapa dan bagaimana kegunaan/hasil tanah tersebut diberi, di atas tujuan kebajikan.
Wakaf khas adalah di mana
terdapat tujuan khusus dan penerima-penerima yang tertentu bagi hasil wakaf
tersebut. Pemberi wakaf akan menetapkan siapa penerima wakaf dan bagaimana
kegunaan wakaf tersebut perlu diagihkan.Wakaf khas termasuklah wakaf yang boleh
diberikan kepada keluarga. Biasanya bagi wakaf keluarga, pemberi wakaf akan
mensyaratkan peratusan tertentu bagi ahli keluarga yang tertentu.
Pemberi wakaf juga boleh
membahagikan harta secara kombinasi iaitu wakaf am dan wakaf khas. Sebagai
contoh pemberi wakaf boleh memberi peratusan yang tetap dari hasil tanah kepada
ahli keluarganya (wakaf khas) dan selebihnya di beri kepada kebajikan.
Majlis Agama Islam adalah badan
yang bertanggungjawab keatas pentadbiran dan pengurusan harta wakaf. Ini adalah
di atas rujukan terhadap Seksyen 61 Akta Pentadbiran Undang-Undang Islam
(Wilayah Persekutuan) 1993. Oleh itu pemberi wakaf haruslah membuat permohonan
ke Majlis Agama Islam. Permohonan tersebut haruslah menjelaskan tujuan, takat
pemberian dan penerima wakaf (sekiranya khusus). Dokumen hakmilik harta juga
harus disertakan.
Pihak Majlis akan menjalankan
siasatan dan memastikan bahwa harta tersebut adalah bersih dari apa-apa
tuntutan. Setelah pasti bahawa tiada apa-apa halangan ke atas wakaf tersebut
maka barulah permohonan tersebut diluluskan. Pemberi wakaf akan menyempurnakan
suratcara (dokumen) bagi penyempurnaan wakaf. Beliau juga harus membawa dua
orang saksi.
Suratcara ini akan disediakan
oleh pihak Majlis. Suratcara ini akan menyatakan butir-butir pemberi wakaf,
saksi-saksi, jenis harta yang mahu diwakafkan, peratusan pembahagian dan tujuan
wakaf tersebut. Ini adalah bagi memastikan tiada kesangsian terhadap bagaimana
wakaf tersebut akan diuruskan.
Pemberi wakaf juga harus
menyediakan surat akuan sumpah bagi menyatakan dan membuktikan bahawa wakaf
tersebut dilakukan dengan kehendaknya sendiri dan tiada unsur paksaan. Ini
adalah bagi mengelakkan timbulnya tuntutan dari pihak pewaris.
G.
KEBERADAAN WAKAF DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
H.
WAKAF TUNAI DAN PENGELOLAAN WAKAF
Ulama’ mempunyai
beberapa pendapat mengenai amalan wakaf melalui wang tunai. Secara umumnya di
dalam ibadah wakaf, Ulama Fiqh telah bersepakat bahawa harta wakaf itu
hendaklah sesuatu yang bernilai, jelas dan diketahui tentang harta tersebut
serta dimiliki sepenuhnya oleh pemiliknya sama ada harta itu berbentuk harta
alih (manqul) atau pun harta tidak alih (I’qar).
Di
dalam Kitab Al-Wasoya Wal-Awqof yang ditulis oleh
Dr. Muhamad Kamaluddin Imam, menyatakan bahawa Ulama’ Fiqh dengan jelas telah
membahagikan harta wakaf kepada dua bentuk iaitu :
1.
|
Harta alih (manqul) iaitu harta yang boleh
dipindah alih seperti baju, Al-Quran, wang dan lain-lain
|
2.
|
Harta tidak alih (I’qar) iaitu harta yang kekal
pada asalnya seperti rumah, tanah atau bangunan
|
Walaupun terdapat perselisihan
pendapat di atas penerimaan harta alih untuk dijadikan sebagai harta wakaf akan
tetapi Jumhur Ulama’ iaitu Mazhab Syafie, Hanafi, dan Hambali mengharuskan
wakaf manqul berasaskan kepada kenyataan bahawa semua harta yang harus dijual
dan boleh mendatangkan manfaat dan kekal zatnya, maka boleh diwakafkan.
Di dalam membahaskan perkara ini,
Mazhab Hanafi mempunyai pandangan yang berlainan dan tidak membenarkan wakaf
melalui harta alih kerana ianya berlawanan dengan pengertian wakaf itu sendiri
iaitu menahan harta untuk diambil manfaatnya. Kesimpulannya, Mazhab Hanafi
berpendapat, harta yang boleh diwakafkan adalah harta yang berbentuk kekal
contohnya seperti tanah.
Walau bagaimanapun, Mazhab Hanafi mengharuskan
wakaf dengan harta alih pada tiga keadaan berikut :
1.
|
Jika keadaan harta alih itu kedudukannya terletak
pada harta tidak alih seperti pokok yang terdapat di atas tanah yang
diwakafkan
|
2.
|
Jika terdapat nas di dalam Al-Quran dan hadith
yang menjelaskan bentuk harta alih yang boleh diwakafkan. Contohnya,
mewakafkan kuda dan senjata perang, kerana terdapat beberapa hadith yang
menunjukkan bahawa Khalid Ibnu Walid telah mewakafkan kuda dan senjatanya di
medan perang. Begitu juga hadith yang menyatakan Talhah bin Ubaidillah telah
mewakafkan perisainya untuk tentera-tentera Islam dalam peperangan
|
3.
|
Sekiranya harta alih tersebut telah menjadi
kebiasaan di suatu tempat dan negara untuk dijadikan harta wakaf seperti wakaf
hasil-hasil penulisan, Al-Quran dan wang tunai. Tambahan pula u’ruf atau
kebiasaan amalan masyarakat adalah menjadi sumber hukum yang masyhur pada
Mazhab Hanafi
|
Mazhab Maliki pula mengharuskan
sepenuhnya wakaf harta alih tanpa di syaratkan kekal fizikalnya. Mazhab Maliki
berpendapat bahawa harus wakaf dengan menggunakan wang tunai seperti yang telah
disebut di dalam Kitab Muqaddimah Ibnu Ar-Rushd Al-Ka’bi kerana bagi Mazhab
Maliki, tujuan asal wakaf itu adalah untuk mendapat manfaat daripada harta tersebut.
Dalam konteks kita di Malaysia,
penggunaan wang tunai dalam ibadah wakaf ini masih baru untuk diperkenalkan
kepada masyarakat sebagai bekalan dan amalan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT sejajar dengan hadith Qudsi iaitu
Maksudnya:
“Sesungguhnya hambaku dapat menghampirikan diri kepadaKu dengan melakukan
ibadah-ibadah sunat.”
Ibadah
wakaf yang dilakukan oleh orang-orang tua dan generasi terdahulu lebih
dilakukan dengan cara individu (fardi). Ibadah ini dilakukan atas kemampuan
yang ada pada individu tersebut untuk berwakaf sama ada mewakafkan tanah,
rumah, atau aset-aset yang lain. Tetapi senario hari ini, dengan adanya
perlaksanaan Skim Saham Wakaf Selangor maka ianya akan lebih mudah dan rasional
untuk dipraktikkan oleh masyarakat yang rata-rata kurang memiliki harta yang
berbentuk aset tetap. Skim yang dilaksanakan ini menjurus kepada wakaf am yang
dilakukan secara berkelompok (jama’ie) oleh pewakaf-pewakaf yang menyertainya
melalui sumbangan wang tunai.
Berdasarkan kepada kupasan-kupasan yang diberikan maka dapatlah
dirumuskan bahawa Jumhur Ulama’ mengharuskan wakaf harta alih termasuklah wang
tunai yang ketika ini menjadi amalan di beberapa negeri di Malaysia.
1 Lihat Ali Yafie, Menggagas
Fiqh Sosial, (Bandung: Mizan, 1994),
h. 231
6 Lihat dalam QS. At Taubah ayat: 10
8 Lihat dalam Lihat Yusuf Qardhawi, Dauru al-Zakat fi’Ilaaj
al-Musykilaat al-Iqtishaadiyah, terj. Sari Narulita, Spektrum Zakat
Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Zikrul, 2005), h. 81.
9 Lihat dalam Yusuf Qardawi, Al-Ibadah fil-Islam (Beirut: Muassasah
Risalah, 1993), h.235. (2006,34)
10 Lihat dalam Wahbah Az-zuhaili, al-Fiqh
al-Islamy Wa’adillatuhu (Damaskus: Darl el-fikr, 1986), h.758.
12 Lihat dalam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaadul-Ma’aad fi Hady Khairil-Ibad (Beirut:Daar
El fikr, 1995), Juz 2, h.3
13 Lihat dalam Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah & Bertambah: Gerakan
Membudayakan Zakat, Infaq danSedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), h. 92.
14 Lihat dalam Lihat Yusuf Qardhawi, Dauru al-Zakat fi’Ilaaj al-Musykilaat
al-Iqtishaadiyah, terj. Sari Narulita, Spektrum Zakat, h.81
27 Dengan akte
pendirian No. 74 tahun 2000 dengan notaris Idham, SH. SK berbadan hukum Pengukuhan Gubernur No.
451.12/4705 pada tanggal 29 Juni 2002.
Casino & Sports Betting - Dr.MCD
BalasHapusIn 광주광역 출장안마 the US, 대구광역 출장마사지 online 태백 출장마사지 sports 포항 출장마사지 betting 김천 출장마사지 has become a reality. While the Nevada Gaming Commission regulates sports betting in the state of Nevada, it Rating: 4.8 · 13 votes